Pemaksaan Kebudayaan
Manusia ialah makhluk
yang tidak bisa hidup sendiri, karakteristik manusia dalam kehidupan ialah
bergerombol, bahkan hal ini pun sudah dilakukan sejak zaman sebelum masehi,
manusia yang berpindah-pindah dalam mencari sumber makanan lebih di kenal
dengan istilah No Maden. Dalam kehidupan bergerombol tersebut manusia
menciptakan suatu aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku dalam komunitas
tersebut, hal ini untuk mengatur stabilitas kelompok, dari norma atau
aturan-aturan inilah kemudian muncul kebudayaan.
Kebudayaan yang digunakan
dalam suatu masyarakat pasti memiliki asal usul yang jelas, melewati waktu dan
berbeda generasi akan mampu merubah kebudayaan tersebut, kita banyak mengenal
kebudayaan unik yang dimiliki oleh daerah-daerah diseluruh pelosok Indonesia,
mulai dari kebudayaan yang dilakukan oleh anak-anak seperti permainan anak-anak
Gobak Sodor, Obak Delik maupun kebudayaan yang di kerjakan oleh segenap
masyarakat seperti sedekah laut, larung sesaji.
Hal ini yang membuat bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan baharinya, namun seiring perkembangan zaman dan tehnologi informasi semakin canggih kebudayaan pun menjadi berubah secara drastic, saat ini sudah jarang di temui di tiap-tiap desa anak-anak memakai permainan tradisional, fungsi permainan tradisional yang sederhana namun sarat akan makna penghayatan seperi enggrang, karet gelang sudah mulai di gantikan dengan permainan yang canggih dan sarat akan tehnologoi seperti play station, tamiya atau pun yang lain.
Pada tingkat anak-anak
menuju remaja sudah jarang sekali memahami kebudayaan daerahnya sendiri, hal
ini dibuktikan dengan sedikitnya murid yang mampu menyanyikan lagu daerah
menyampaikan tentang tari atau pun budaya-budaya lainnya, hal ini juga di
perparah dengan kurang adanya materi pelajaran di sekolah yang menyampaikan
tentang kebudayaan bahari daerahnya sendiri, padahal departemen pendidikan
nasional memberikan kurikulum khusus kepada setiap sekolah yang dikenal dengan
muatan lokal
agar memberikan pelajaran sesuai dengan kompetensi dan kebudayaan yang ada di sekolah
tersebut.
Pemaksaan kebudayaan yang
dimaksudkan sebagai judul artikel ini ialah, saat ini masyarakat secara tidak
langsung telah di paksakan untuk berbudaya oleh masyarakat yang lain, sebagai
bukti nyata mayarakat yang tinggal di ibukota cenderung lebih di ekpos oleh media di bandingkan
masyarakat yang berada di daerah.
Mulai dari penayangan
film-film sinetron yang menggambarkan kemewahan hidup di ibukota, iklan-iklan
maupun bahasa-bahasa yang di gunakan dalam pembuatan film tersebut, perlu kita
sadari saat ini tiga stasiun televisi swasta memberikan sajian sinetron 5 jam perhari, di mulai
saat petang jam 17.30 sampai saat anak-anak terlelap pukul 22.00,
sinetron-sinetron tersebut telah memberikan gambaran pengajaran kepada
masyarakat, bagaimana cara berpakaian, bagaimana cara berbahasa dan bagaimana
cara bertutur sapa
Saat ini kita temui cara berpakaian
para artis dan publik figure yang sudah buka-bukaan, pemakaian bahasa gaul ala Jakarta dengan
kosa kata gue-loe, bahkan perilaku seksual yang seperti
bergandengan tangan, berpelukan dan berciuman dengan lawan jenis pun sudah
menjadi tontonan sehari-hari sebagian masyarakat, karena bentuk penayangan inilah kita akan gampang
menemui remaja-remaja di pelosok desa yang memiliki cara berpakaian layaknya
selebritis ibukota di tambah dengan kosa kata yang di pakai dalam keseharian
bergaul.
Penayanangan siaran
televisi
yang di lakukan secara intens akan memberikan pengajaran efektif secara langsung, karena saat orang
melihat TV orang tersebut akan memfokuskan perhatian kepada yang diiihatnya, sedangkan dari TV sendiri ialah media yang
menggabungkan antara audio dan visual. Sehingga melihat konsep dasar
metode dan media pendidikan, sebenarnya TV merupakan suatu bentuk penggabungan
metode dan media pendidikan yang paling efektif bagi semua kalangan.
Pemaksaan budaya yang
saya maksutkan ialah saat di sinetron memakai bahasa Indonesia yang gaul versi
Jakarta, cara berpakaian, cara berdandan, yang laki-laki sudah memperching
telinganya, itu memang hak asasi setiap manusia, namun jika media televisi swasta menayangkan tontonan seperti itu secara
terus menerus hal itu akan mampu merangsang masyarakat mengikuti atau
meniru.
Padahal kearifan budaya lokal jika tetap dipertahankan dan dilestarikan
justru merupakan aset investasi yang berharga untuk masyarakat, melihat dari sejarah
penyebutan bangsa timur yang santun berbudi pekerti luhur merupakan salah satu
contoh kecil tentang pandangan dunia terhadap kebudayaan kita yang sudah sangat
baik.
Sehingga dengan tulisan artikel ini mari kita sama-sama melek budaya dan lebih peduli lagi terhadap
perkembangan anak kita dengan menfilter budaya-budaya baru yang masuk atau baru
dikenal, sehingga anak-anak juga mewarisi budaya yang luhur.
Penulis
Guru
Bimbingan Konseling MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
Muhammad
Fuad Hasyim S.Sos.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar