Rabu, 08 Februari 2012


Pemaksaan Kebudayaan

Manusia ialah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, karakteristik manusia dalam kehidupan ialah bergerombol, bahkan hal ini pun sudah dilakukan sejak zaman sebelum masehi, manusia yang berpindah-pindah dalam mencari sumber makanan lebih di kenal dengan istilah No Maden. Dalam kehidupan bergerombol tersebut manusia menciptakan suatu aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku dalam komunitas tersebut, hal ini untuk mengatur stabilitas kelompok, dari norma atau aturan-aturan inilah kemudian muncul kebudayaan.
Kebudayaan yang digunakan dalam suatu masyarakat pasti memiliki asal usul yang jelas, melewati waktu dan berbeda generasi akan mampu merubah kebudayaan tersebut, kita banyak mengenal kebudayaan unik yang dimiliki oleh daerah-daerah diseluruh pelosok Indonesia, mulai dari kebudayaan yang dilakukan oleh anak-anak seperti permainan anak-anak Gobak Sodor, Obak Delik maupun kebudayaan yang di kerjakan oleh segenap masyarakat seperti sedekah laut, larung sesaji.

Hal ini yang membuat bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan baharinya, namun seiring perkembangan  zaman dan tehnologi informasi semakin canggih kebudayaan pun menjadi berubah secara drastic, saat ini sudah jarang di temui di tiap-tiap desa anak-anak memakai permainan tradisional, fungsi permainan tradisional yang sederhana namun sarat akan makna penghayatan seperi enggrang, karet gelang  sudah mulai di gantikan dengan permainan yang canggih dan sarat akan tehnologoi seperti play station, tamiya atau pun yang lain.
Pada tingkat anak-anak menuju remaja sudah jarang sekali memahami kebudayaan daerahnya sendiri, hal ini dibuktikan dengan sedikitnya murid yang mampu menyanyikan lagu daerah menyampaikan tentang tari atau pun budaya-budaya lainnya, hal ini juga di perparah dengan kurang adanya materi pelajaran di sekolah yang menyampaikan tentang kebudayaan bahari daerahnya sendiri, padahal departemen pendidikan nasional memberikan kurikulum khusus kepada setiap sekolah yang dikenal dengan muatan lokal agar memberikan pelajaran sesuai dengan kompetensi dan kebudayaan yang ada di sekolah tersebut.
Pemaksaan kebudayaan yang dimaksudkan sebagai judul artikel ini ialah, saat ini masyarakat secara tidak langsung telah di paksakan untuk berbudaya oleh masyarakat yang lain, sebagai bukti nyata mayarakat yang tinggal di ibukota cenderung lebih di ekpos oleh media di bandingkan masyarakat yang berada di daerah.
Mulai dari penayangan film-film sinetron yang menggambarkan kemewahan hidup di ibukota, iklan-iklan maupun bahasa-bahasa yang di gunakan dalam pembuatan film tersebut, perlu kita sadari saat ini tiga stasiun televisi swasta memberikan sajian sinetron 5 jam perhari, di mulai saat petang jam 17.30 sampai saat anak-anak terlelap pukul 22.00, sinetron-sinetron tersebut telah memberikan gambaran pengajaran kepada masyarakat, bagaimana cara berpakaian, bagaimana cara berbahasa dan bagaimana cara bertutur sapa
Saat ini kita temui cara berpakaian para artis dan publik figure yang sudah buka-bukaan, pemakaian bahasa gaul ala Jakarta dengan kosa kata gue-loe, bahkan perilaku seksual yang seperti bergandengan tangan, berpelukan dan berciuman dengan lawan jenis pun sudah menjadi tontonan sehari-hari sebagian masyarakat, karena bentuk penayangan inilah kita akan gampang menemui remaja-remaja di pelosok desa yang memiliki cara berpakaian layaknya selebritis ibukota di tambah dengan kosa kata yang di pakai dalam keseharian bergaul.
Penayanangan siaran televisi yang di lakukan secara intens akan memberikan pengajaran efektif secara langsung, karena saat orang melihat TV orang tersebut akan memfokuskan perhatian kepada yang diiihatnya, sedangkan dari TV sendiri ialah media yang menggabungkan antara audio dan visual. Sehingga melihat konsep dasar metode dan media pendidikan, sebenarnya TV merupakan suatu bentuk penggabungan metode dan media pendidikan yang paling efektif bagi semua kalangan.
Pemaksaan budaya yang saya maksutkan ialah saat di sinetron memakai bahasa Indonesia yang gaul versi Jakarta, cara berpakaian, cara berdandan, yang laki-laki sudah memperching telinganya, itu memang hak asasi setiap manusia, namun jika media televisi swasta menayangkan tontonan seperti itu secara terus menerus hal itu akan mampu merangsang masyarakat mengikuti atau meniru.
Padahal kearifan budaya lokal jika tetap dipertahankan dan dilestarikan justru merupakan aset investasi yang berharga untuk masyarakat, melihat dari sejarah penyebutan bangsa timur yang santun berbudi pekerti luhur merupakan salah satu contoh kecil tentang pandangan dunia terhadap kebudayaan kita yang sudah sangat baik.
Sehingga dengan tulisan artikel ini mari kita sama-sama melek  budaya dan lebih peduli lagi terhadap perkembangan anak kita dengan menfilter budaya-budaya baru yang masuk atau baru dikenal, sehingga anak-anak juga mewarisi budaya yang luhur.
Penulis
Guru Bimbingan Konseling MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
Muhammad Fuad Hasyim S.Sos.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar